PENGARUH OSTEOLOGI TERHADAP PRODUKSI SUSU
PENGARUH OSTEOLOGI TERHADAP PRODUKSI SUSU
pengaruh osteologi PDF :http://www.scribd.com/doc/182116676/Pengaruh-Ostelogi-Terhadap-Produksi-Susu
DASAR TERNAK PERAH DAN POTONG
PENGARUH
OSTEOLOGI TERHADAP PRODUKSI SUSU
![]() |
Oleh :
Nama :
Avian Trenggono
Nim :
D0A012069
Kelompok : 5 ( Lima )
LABORATORIUM
DASAR TERNAK PERAH DAN POTONG
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2012
I.
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Osteologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang skelet/kerangka/tulang belulang. Fungsi
tulang secara umum adalah :
1. Sebagai penunjang
tubuh
2. Meliindungi
bagian – bagian tubuh yang lemah / lunak
3. Sebagai
pertautan urat daging
4. Sebagai alat
gerak pasif
5. Pemberi bentuk
tubuh
Tulang terdiri
atas tulang keras ( os ) dan tulag rawan ( cartilago ). Semua tulang dibungkus
oleh selaput jaringan ikat yan disebut periost. Tulang kerangka terbagi menjadi
empat golongan menurut bentuk dan pekerjaannya, tetapi pembagian ini tidak
memenuhi semuanya, karena beberapa tulang misalnya tulang rusuk tidak mudah
digolongkan pada salah satu dari keempat golongan tersebut (Triana, dkk, 2001)
Penggolongan
bentuk bentuk tulang pada sapi :1. Ossa longa (tulang panjang). Bentuknya
silindris, panjang dengan kedua ujungmembesar. Bagian tengah yang silindris
dinamakan corpus ( diaphyse ), sedangkan kedua ujungnya extremitates ( epiphyse
). Ossa longa terdapat pada tulang- tulangkaki dan bertugas sebagai alat
pengumpil atau alat penunjang tubuh.2. Ossa plana ( tulang pipih ). Bentuknya
pipih, bertugas untuk melindungi bagiantubuh yang lunak seperti otak, jantung
dan paru- paru.3. Ossa brevia ( tulang pendek ). Tulang- tulang ini mempunyai
panjang, tinggi danlebar yang hampir sama. Fungsinya adalah untuk mencegah
benturan atau untuk mengurangi pergeseran dan perubahan arah dari
tendon.4. Ossa irregularia ( tulang berbentuk tak teratur ). Kelompok tulang
ini berbentuk tak teratur.Tulang tulang tubuh terdiri atas :
Collumna
vertebralis ( tulang belakang )Tulang belakang terdiri atas rangkaian tulang
tunggal, berbentuk tidak teratur danmemanjang dari ujung kepala sampai ujung
ekor. Tulang- tulang tunggal inimerupaka tiang yang kokoh tetapi cukup
fleksibel. Sifat ini diperlukan agar collumna vertebralisdapat memenuhi
fungsi seperti berikut :1. Sebagai alat yang meneruskan tenaga pendorong dari kaki
belakang ke bagiandepan tubuh.2. Sebagai penahan berat jeroan yang untuk
sebagian menggantung secara tidak langsung ke collumna vertebralis. Untuk
tugas tersebut diperlukan kekokohan.3. Sebagai alat gerakan yang memerlukan
fleksibilitas cukup tinggi seperti biasdilihat pada gallop anjing.4. Sebagai
wadah untuk medulla spinalis ( sum- sum punggung ). Untuk memenuhifungsi ini,
maka di dalam collumna vertebralis berjalan suatu saluran,
canalisvertebralis.Collumna vertebralis dibagi atas lima daerah yang masing- masing
terdiri ataskelompok tulang- tulang berikut :1. Ossa vertebrae cervicalis (C) =
ruas tulang leher 2. Ossa
vertebrae thoracalis (T) = ruas tulang dada3. Ossa vertebrae lumbalis (L) =
ruas tulang pinggang4. Ossa vertebrae sacralis (S) = ruas tulang kemudi5. Ossa
vertebrae coccygeae (Cy) = ruas tulang ekor.
b.
B. Tujuan
Tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah mengetahui pengaruh tulang pipih terhadap
produksi susu pada ternak perah.
c.
Manfaat
-
Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dari tulang pipih.
-
Mahasiswa dapat mengetahui sistem kerja tulang pipih yang
mempengaruhi produksi susu.
II.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
a.
Hasil
Pada tulang pipih, substansia compacta terdiri dari dua lapis yang
dipisahkan oleh substansia spongiosa. Kedua lapis substansia kompakta
masing-masing disebut lamina externa yang diluar dan lamina interna/tabula
vitrea yang didalam. Susunan tulang semacam ini disebut diploe dan banyak
didapatkan pada tulang-tulang tengkorak.
Permukaan tulang disebelah luar dilapisi oleh jaringan ikat padat tak
teratur (irregular) merupakan suatu membran yang disebut periosteum, sedang
permukaan dalamnya dilapisi jaringan yang sama disebut endosteum. Pada keadaan
tertentu jaringan pembalut tulang ini dapat membentuk jaringan tulang baru. Endosteum serupa
dengan periosteum ditambah dengan sifat haemopoetic yaitu dapat membentuk
butir-butir darah merah atau putih. Darah merupakan bahan baku dari
pembuatan susu.
b.
Pembahasan
Sistem kerangka : Pengetahuan tentang tulang yang membentuk kerangka atau skeleton tubuh disebut osteologi. Skeleton hewan yang dibentuk oleh tulang merupakan struktur yang hidup. Tulang mempunyai vasa darah, vasalimfaa dan nervus ; dapat menjadi sasaran penyakit, maupun memperbaikai diri dan menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan dengan adanya suatu stres. http://www.slideshare.net/hakuba/sistem-kerangka
Osteologi merupakan bagian dari
ilmu urai yang membahas struktur, bentuk dan pertumbuhan tulang. Susunan tulang
yang membentuk rangka keras dari seekorhewan dinamakan skeleton.Fungsi dari
skeleton dapat disimpulkan sebagai berikut :1. Sebagai alat penunjang tubuh2.
Sebagai alat gerak yang pasif 3. Untuk
melindungi organ tubuh yang lunak dan mudah rusak4. Untuk memberi bentuk
kepada tubuh hewan5. Sebagai tempat
pembuatan unsure- unsure darah.
Defisiensi
Kalsium Dan Fosfor Pada Sapi yang berpengaruh terhadap produksi susu
Kalsium
dan fosfor mempunyai
peran penting dalam beberapa proses faali
tubuh. fungsi
utama kalsium adalah mengatur iritabilitas
neurollluskuler, kontraksiotot, pembekuan darah, kofaktor beberapa sistim enzim
dan sebagai komponen penting dalam pembentukan tulang (Rechcigl,
1978). Fosfor adalah komponen utama ikatan energi tinggi yaitu ATP (Adenosin
Tri Phosphate), merupakan komponen nukleoprotein, mengatur pH isi rumen dan
sebagai sumber multiplikasi flora dan fauna rumen (Payne, 1977).
Apabila
kebutuhan akan kedua mineral tersebut tidak dapat dipenuhi karena berbagai hal,
maka akan
timbul beberapa gangguan pada tubuh sapi. Gangguan yang
terjadi akibat adanya defisiensi kalsium dan fosfor antar lain abnormalitas
tulang dan gigi, gangguan
nafsu makan (pika), lambatnya pertumbuhan pada hewan
muda, penurunan produksi susu serta
lambatnya dewasa kelamin (Underwood, 1981).
STRUKTUR TULANG
Secara
makroskopis struktur tulang dapat dipelajari dengan baik apabila dilakukan
pembelahan memanjang (longitudinal) pada tulang panjang sehingga terlihat dua
bagian tulang yang mudah dibedakan :
- Substantia compacta merupakan dinding tulang yang tebal, keras, padat (kompak). Pada umumnya menempati bagian diaphyse tulang. Pada tulang panjang, daerah ini memiliki rongga yang disebut cavum medullare sebagai tempat sumsum tulang (medulla osseum).
- Substantia spongiosa merupakan bagian yang berstruktur seperti bunga karang (berkisi-kisi). Pada umumnya terletak dibagian epiphyse dari tulang panjang. Struktur menyerupai bunga karang yang tersusun oleh lempengan-lempengan (trabeculae) yang tidak teratur dan berhubungan satu sama lain membentuk anyaman. Struktur semacam ini sangat kuat dan tidak mudah patah, karena disesuaikan dengan kebutuhan mekanis untuk menanggulangi tekanan dan tarikan terhadap tulang tersebut dalam menjalankan fungsinya sebagai alat penunjang atau alat gerak. Disamping itu penyusunan struktur semacam ini juga melaksanakan prinsip efisiensi dalam penggunaan bahan-bahan tulang. Rongga-rongga antar kisi juga berisi sumsum tulang, sehingga disebut ruang-ruang sumsum (cellulae medullare/marrow space). Pada tulang pendek struktur semacam ini menempati keseluruhan bagian tengah dari tulang tersebut.
Pada tulang pipih, substansia
compacta terdiri dari dua lapis yang dipisahkan oleh substansia spongiosa.
Kedua lapis substansia kompakta masing-masing disebut lamina externa yang
diluar dan lamina interna/tabula vitrea yang didalam. Susunan tulang semacam
ini disebut diploe dan banyak didapatkan pada tulang-tulang tengkorak.
Permukaan tulang disebelah
luar dilapisi oleh jaringan ikat padat tak teratur (irregular) merupakan suatu
membran yang disebut periosteum, sedang permukaan dalamnya dilapisi jaringan
yang sama disebut endosteum. Pada keadaan tertentu jaringan pembalut tulang ini
dapat membentuk jaringan tulang baru. Terdapat perbedaan antara fungsi
periosteum dengan endosteum yaitu fungsi periosteum adalah :
- sebagai alat penyokong pembuluh darah dan syaraf yang masuk ke tulang
- sebagai tempat melekatnya tendo atau ligamenta
- sebagai alat pertumbuhan dan penyembuhan tulang
Sedangkan endosteum serupa dengan periosteum ditambah dengan sifat haemopoetic yaitu dapat membentuk butir-butir darah merah atau putih. Didalam rongga-rongga tulang berisi sumsum tulang (medulla osseum) yang berfungsi juga sebagai pembuat sel-sela darah. Pada individu dewasa dikenal dua macam medulla osseum yaitu sumsum merah medulla osseum rubra yang benar-benar berfungsi sebagai pembuat sel darah merah dan sumsum kuning (medulla osseum flava) yang merupakan jaringan lemak. Pada masa embryonal sampai dengan neo-natal di dalam tulang hanya terdapat medula osseum rubra saja. Semakin meingkatnya umur pada beberapa tempat medulla osseum rubra akan diganti oleh medulla osseum flava sehingga medulla osseum rubra hanya terdapat pada ossa vertebrae, os sternum, os costae dan ossa cranium. Dedi Suryanto . http://ddsynt.blogspot.com/.
OSTEOLOGY
(Sistim Pertulangan Dan Hubungannya) 2009
Darah yang mengandung O2
meninggalkan jantung melalui aorta dan kemudian melalui cabang-cabang arteri
yang lebih kecil darah dibawa ke ambing melalui dua buah arteri : arteri
pudenda externa (kanan dan kiri). Kedua arteri ini menembus dinding perut
melalui canalis inguinalis masing-masing kanan dan kiri masuk ke dalam
ambing. Pada saat masuk ke dalam ambing keduanya berubah menjadi arteria
mammaria yang segera bercabang menjadi arteria mammaria cranialis
dan caudalis. Kedua cabang ini bercabang-cabang lagi menjadi arteria
yang lebih kecil, kemudian membentuk kapiler yang memberi darah ke sel-sel
ambing.
Venula yang berasal dari
kapiler-kapiler dan saling beranastomosa membentuk vena yang menampung darah
dari ambing. Pada bagian atas/puncak ambing vena membentuk lingkaran vena. Pada
tempat ini darah meninggalkan ambing melalui tiga jalan, yaitu :
1.
Jalan utama pertama
tediri atas dua buah vena pudenda externa yang sejajar dengan arteria
pudenda externa berjalan melalui canalis inguinalis dan akhirnya
menggabungkan diri dengan vena cava yang membawa darah ke jantung.
2.
Jalan utama kedua terdiri
atas dua buah vena yaitu : vena abdominalis atau vena mammae
kanan dan kiri yang terdapat pada tepi anterior dari ambing. Kedua vena ini
berjalan di sepanjang dinding ventral perut berada langsung di bawah kulit.
Vena ini masuk ke dalam cavum thoracis pada sumber susu dan akhirnya
menggabungkan diri dengan vena cava anterior ke dalam jantung.
3.
Jalan ketiga yaitu vena
perinealis, walaupun kecil merupakan jalan masuk ke dalam tubuh dari ambing
melalui velvis.
Pada saat sapi berdiri sebagian besar darah
kembali ke jantung melalui vena susu. Tetapi dalam keadaan sapi berbaring
aliran darah yang melalui vena susu terhenti. Walaupun demikian produksi susu
tidak terganggu karena adanya jalan ketiga tersebut.
Terdapat kenaikan aliran darah ke ambing (+
180 persen) pada beberapa hari setelah sapi beranak. Kenaikan ini dapatlah
dihubungkan dengan penurunan aliran darah uterus setelah beranak dan ini
mungkin mengambil peranan penting dalam inisiasi dari sekresi susu karena lebih
banyak bahan-bahan pembentuk susu serta hormon laktogenik yang terbawa bersama
aliran darah tersebut ke dalam ambing. Tiap-tiap satu volume susu yang dibentuk
memerlukan 500 volume darah yang mengalir ke dalam ambing. Secara
singkat dikatakan Blood flow rate merupakan determinan yang penting
dalam mengatur produksi susu.
DAFTAR
PUSTAKA
Wikantadi, B. 1978. Biologi Laktasi. Bagian
Ternak Perah, Fakultas Peternakan Universitas
Gadjah
Mada. Yogyakarta








Post a Comment